BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap proses belajar – mengajar bermuara pada suatu hasil ,sesuai dengan tujuan intruksional . Namun , hasil itu tidak hanya tinggal hasil saja dan kemudian tidak ada apa – apa lagi . Hasil belajar itu harus digunakan pula dikemudian hari , baik selama siswa masih sekolah , maupun sesudah siswa meninggalkan bangku sekolah . Hasil belajar yang telah diperoleh , disimpan dalam ingatan untuk kemudian digali dari ingatan pada saat – saat dibutuhkan .
Dalam penggalian itu dapat timbul kesulitan , dalam arti hasil belajar ( yang tersimpan dalam ingatan ) tidak dapat ditemukan dengan demikian , hasil belajar tidak dapat digunakan sebagaimana diharapkan . Bilamana siswa mengalami kesulitan dalam penggalian itu , dia dikatakan “ telah lupa “ atau “ tidak dapat mengingat “ misalnya siswa itu tidak dapat menjawab pertanyaan pada waktu menempuh ulangan , meskipun hal yang ditanyakan itu memang pernah dipelajarinya . Maka , sejauh itu , lupa dapat dipandang sebagai gejala negatif yang dapat menimbulkan kesulitan , baik bagi siswa maupun bagi guru .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ingatan itu ?
2. Apakah lupa itu ?
3. Samakah lupa dengan hilang itu ?
4. Kapan terjadi lupa ?
5. Mengapa terjadi lupa ?
6. Apa usaha – usaha untuk mengurangi lupa ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ingatan
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan lupa
3. Mengetahui apakah lupa dan hilang itu sama
4. Mengetahui kapan bisa terjadi lupa
5. Mengetahui penyebab terjadinya lupa
6. Mengetahui usaha – usaha untuk mengurangi lupa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan denagn jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktifitas yaitu :
1.) Mencamkan , yaitu menangkap atau menerima kasan – kesan
2.) Menyimpan kesan – kesan
3.) Memproduksi kesan – kesan
Sifat – sifat dari ingatan yang baik adalah ingatan yang cepat dalam mencamkan kesan – kesan tidak mengalami kesulitan ., ingatan yang setia yaitu apabila kesan yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil , igatan yang kuat apabila kesan – kesan yang tersimpan bertahan lama.
Sering kita menyebutkan hal ingat dan lupa. Berdasarkan penelitian , setelah kita mencamkan sesuatu banyak hal yang secara berangsur – angsur terlupakan. Untuk mengatasi hal ini, maka bahan yang ingin kita ingat denagn baik harus diulang – ulang secara terus menerus. Untuk itu subyek hendaknya mampu membagi dan memanfaatkan waktu dengan baik. Luas ingatan itu berkembang mengikuti penambahan umur sampai batas umur tertentu , dan ini dapat menjadi petunjuk bagi masaknya pikiran seseorang .
Kesulitan dalam mengingat disebabkan hambatan ingatan atau belajar akibat masuknya bahan – bahan yang terdahulu. Jadi , kesan – kesan yang lebih terdahulu mengganggu usaha reproduksi kesan – kesan yang lebih baru.
Dalam hal mereproduksi , kita kenal adanya dua macam reproduksi yaitu :
1.) Mengingat kembali ( recall ): dalam hal ini tidak ada obyek yang dipakai untuk merangsang reproduksi. Misalnya mengingat ciri – ciri benda yang sudah tidak ada atau hilang
2.) Mengenal kemballi ( recognition ) ; dalam hal ini ada sesuatu objek yang dipakai sebagai perangsang untuk mengadakan reproduksi . Misalnya mengenali suatu benda apakah sesuai dengan ciri-ciri benda yang pernah diamati .
B. Lupa
Para guru biasanya memandang lupa sebagai gejala yang menyedihkan , yang seharusnya tidak ada , namun mau tak mau harus dihadapi . Mungkin saja ada guru yang merasa frustasi , karena siswa lupa-lupa saja akan hal yang sudah diajarkan , sehingga dapat timbul pertanyaan ; “Apa guna mengajar , kalau siswa toh akan lupa ?”. Demikian pula , para siswa cenderung memandang lupa sebagai musuh besar , sebagai nasib malang dan sebagai kekuatan mistik yang menyerangnya serta meninggalkannya dalam keadaan terkalahkan dan tak berdaya lagi . Bahkan tidak sedikit siswa yang mencari alasan pokok bagi nasibnya yang malang dalam “ bakat ingatan lemah “, dalam arti dia pada dasarnya tidak mampu mengingat dengan baik , dan lupa-lupa saja karena tidak memiliki bakat untuk mengingat .
Kalau gagasan semacam ini diterus-teruskan , siswa malah sampai pada kesimpulan : “Lebih baik tidak belajar saja , karena toh akan dilupakan .”
Lupa yang terjadi dalam rangka belajar disekolah , paling dirasakan akibatnya dibidang belajar kognitif , yaitu belajar informasi verbal , belajar kemahiran intelektual serta , sampai taraf tertentu dibidang belajar pengaturan kegiatan kognitif dan dibidang ketrampilan motorik dan belajar sikap , sejauh menyangkut aneka unsur kognitif .
C. Lupa – Hilang
Kerap kali pengertian “lupa “ dan “ hilang “ secara spontan dianggap sama , padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dari ingatan begitu saja . Kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu , belum berarti hal itu hilang dari ingatannya , seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa .
Refleksi atas pengalaman belajar disekolah , menunjukkan bahwa sesuatu yang pernah dipelajari dengan sungguh-sungguh dan kemudian tidak dapat digali kembali dari ingatan , masih meninggalkan bekas dalam ingatan , paling sedikit tinggal sisa-sisanya .
Namun ketika mempelajari kembali materi itu , dia dapat menguasainya kembali dalam waktu cukup singkat . Ini berarti , bahwa materi itu tidak hilang atau lenyap dari ingatan ; hanya pada saat materi itu dibutuhkan tidak dapat digali dari ingatan . Namun materi itu dapat dihidupkan kembali dengan belajar kembali , yang ternyata akan berlangsung dengan lebih cepat dari pada ketika mempelajari materi itu untuk pertama kali .
Bilamana seorang siswa tidak berhasil memproduksikan pengetahuannya dibidang studi tersebut dan menyatakan “ saya telah lupa “ , belum tentu pengetahuan itu tidak terdapat dalam ingatannya atau telah hilang . Paling banyak dapat dikatakan bahwa siswa itu tidak berhasil menggali dari ingatan melalui cara penggalian “ mengingat kembali “ , seperti yang dituntut bila dia mengerjakan tes karangan . Namun , ada kemungkinan siswa berhasil dalam mengingat bila digunakan cara penggalian “ mengenal kembali “ , seperti yang untuk sebagian dituntut dalam mengerjakan tes obyektif , dimana siswa tinggal memilih diantara beberapa alternatif yang disajikan . Bilamana cara penggalian ini pun tidak berhasil , siswa masih dapat belajar kembali materi yang “ terlupakan “ dalam waktu relatif singkat ; ternyata materi itu tidak hilang begitu saja , tetapi masih tinggal bekas-bekasnya . Jadi , gambaran tentang lupa sebenarnya tidak begitu negatif seperti yang kerap dibayangkan oleh guru dan siswa , karena “ lupa “ dan “ hilang “ tidak berarti hal yang sama .
D. Terjadinya Lupa
Lupa menyangkut penggalian dari ingatan . Penggalian berlangsung sesudah materi pelajaran diolah dan dimasukkan kedalam LTM ( storage ) . Hsil penggalian mungkin harus digunakan dalam proses belajar yang sedang berlangsung , mungkin pula baru digunakan beberapa waktu kemudian , setelah proses yang sekarang ini berakhir .
Selama proses belajar berlangsung , siswa membutuhkan penggalian dari ingatannya pada saat :
a. Unit pelajaran , yang belum selesai dipelajari seutuhnya akan dilanjutkan , misalnya pada jam pelajaran berikutnya .
b. Hasil belajar akan diterapkan diluar lingkup bidang studi yang bersangkutan , misalnya pengetahuan dibidang studi IPA digunakan untuk memahami aneka gejala klimatologis yang dialami setiap hari ( transfer belajar ).
c. Harus memberikan prestasi pada akhir proses belajar , yang membuktikan bahwa hasil belajar memang diperoleh atau tujuan instruksional telah tercapai .
Sesudah proses belajar berakhir , siswa membutuhkan hasil penggalian dari ingatan pada saat :
a. Mempelajari unit pelajaran lain dibidang studi sama atau mempelajari topik tertentu di bidang studi lain . Hasil dari belajar yang dahulu itu diperlukan dalam rangka pengolahan materi yang lain.
b. Mengulang kembali garis-garis besar dari materi pelajaran untuk beberapa pokok bahasan , sebagai persiapan untuk menempuh ulangan ( review )
c. Memberikan prestasi pada waktu mengerjakan ulangan yang meliputi sejumlah satuan pelajaran yang telah selesai dipelajari .
Dalam rangka menjawab persoalan “ kapan terjadi lupa “ , cukuplah ditinjau pada fase menggali dan fase prestasi , karena dalam kedua fase itu dapat terjadi kesulitan dalam penggalian . Lupa dapat terjadi sesudah hasil pengolahan dimasukkan dalam LTM . Dengan demikian menjadi semakin jelas, bahwa lupa menunjukkan pada kesulitan untuk menggali ( dari ingatan ) apa yang telah diperhatikan , diolah dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka panjang .
Diagram yang menggambarkan saat-saat terjadi lupa
Fiksasi Retensi Evokasi
Fase kosentrasi Fase mengolah Fase menyimpan Fase menggali Fase prestasi
( Fase 2 ) ( Fase 3 ) ( Fase 4 ) ( Fase 5 ) ( Fase 6 )
keluar keluar lupa
Diagram ini terutama mencakup proses belajar yang sedang berlangsung dan yang berakhir dengan menerima umpan balik . Kalau jangka waktu antara fase pengalahan dan penggalian tidak terlalu lama , lupa tidak akan begitu kerap terjadi , karena belum begitu banyak materi yang dapat menimbulkan interferensi , biarpun lupa dapat saja terjadi . Kalau siswa harus menggali dari ingatan baru beberapa waktu sesudah fase pengolahan berlangsung dan fase penyimpanan dimulai , lupa akan sering terjadi karena alasan-alasan tertentu .
E. Penyebab terjadinya lupa
Persoalan tentang mengapa terjadi lupa belum mendapat jawaban yang pasti . Tentang masalah apa kiranya sebab manusia mengalami lupa.
Ingatan sering dianggap sebagai suatu kemampuan / kapasitas yang agak bersifat umum , seperti misalnya intelegensi atau kemampuan intelektual , yang sedikit banyak berdiri sendiri .
Biarpun terdapat perbedaan antara siswa yang satu dengan yang lain dalam hal mengingat dengan baikl, perbedaan itu sebenarnya tidak bersumber pada sutau daya mengingat yang besar atau kecil . Perbedaan itu kiranya karena perbedaan dalam taraf intelegensi . dalam konsentrasi untuk mengingat dan dalam minat. Taraf intelegensi yang lebih tinggi memungkinkan pengolahan materi pelajaran yang lebih mendalam ; pengolahan yang lebih inilah yang meningkatkan prestasi ingatan , karena yang penting dalam mengikat dengan baik ialah menangkap arti dan makna yang terkandung dalam hal-hal yang dipelajari .
Dalam literatur ilmiah yang membahas sebab – sebab terjadinya lupa, dapat ditemukan berbagai pandangan antara lain sebagai berikut :
(a) Menurut pandangan wodworth , gejala lupa disebabkan bekas – bekas ingatan yang tidak digunakan , lama kelamaan terhapus , dengan berlangsungnya waktu terjadi proses penghapusan yang mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan lama kelamaan hilang sendiri .
(b) Gangguan dari informasi yang baru masuk kedalam ingatan terhadap informasi yang telah tersimpan disitu , seolah – olah informasi yang lama digeser dan kemudian sukar diingat. Tidak semua informasi baru harus mengganggu penyimpanan informasi lama , seandainya penggalian informasi lama ternyata terganggu , informasi itu masih dapat di gali dengan cara penggalian yang lain atau dipelajari kembali dalam waktu yang lebih singkat.
Mungkin pula salah satu sebab terjadinya lupa adalah para siswa tidak mendapat kunci yang tepat untuk membuka ingatannya ; jadi kesukarannya timbul pada fase penggalian itu sendiri. Misalnya , bilamanaseorang guru memberikan pertanyaan pada ulangan dengan menggunakan rumusan atau istilah yang tidak pernah dipelajaroi oleh siswa , maka tidak mengherankan kalau siswa tidak dapat mengerjakannya dan mungkin menyatakan “ Telah Lupa ”. Tetapi , sangat besar kemungkinannya siswa tidak lupa sama sekali , tetapi tidak mengetahui dimana harus mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya.
Mungkin pula “ Lupa ” bukan gejala bahwa keseluruhan dari materi yang telah dipelajari , terlupakan sama sekali, sebagian diingat dan sebagian tidak. Untuk gejala itu dapat digunakan istilah “Setengah – setengah lupa” Gejala lupa semacam ini , kiranya disebabkan kurang perhatian pada fase konsentrasi dan pengolahan materi yang tidak sempurna ( Fiksasi ) sebelum dimasukkan kedalam ingatan jangka panjag ( Long – term memory )
F. Usaha – Usaha Mengurangi Lupa
(a) Motivasi belajar yang kuat dipihak siswa , lebih – lebih motivasi intrinsik ,dan kesadaran akan tujuan yang harus dicapai, mendorong siswa untuk melibatkan diri. Siswa akan lebih muda mengikat nanti , jika selama belajar dia berniat untuk mengingat kelak, Seolah – olah siswa berkata kepada diri sendiri : Kalau saya tidak belajar dengan baik , saya pasti akan lupa nanti. Maka guru berusaha membangkitkan motivasi dan minat untuk belajar.
(b) Pada fase konsentrasi , siswa harus memberikan perhatian khusus pada unsur – unsur yang relevan. Perhatian ini mungkin pengolahan yang baik pada fase berikutnya. Maka guru harus berusaha mengarahkan perhatian siswa , supaya aneka unsur pokok dalam materi pelajaran sungguh – sungguh diperhatikan .
(c) Pada fase pengolahan , siswa perlu mengolah materi dengan baik dan segera. Penundaan pengolahan akan mengakibatkan bahwa materi itu terdesak keluar dari STM, karena ada infarmasi baru yang masuk. Pengolahan yang tidak sempurna mengakibatkan bahwa informasi yang akan masuk ke LTM , masih berada dalam keadaan “setengah matang” , sehingga proses penggalian kelak menjadi lebih sukar . Makin baik pengolahan materi , makin baik pula penyimpanannya dan makin baik pula proses penggalian dari ingatan kelak . Maka guru harus membantu siswa untuk mencernakan materi pelajaran dengan sebaik-baiknya dan menuangkan hasil pengolahan dalam bentuk perumusan verbal , skema atau bagian informasi yang telah tersimpan dalam LTM akan dibutuhkan dalam rangka pengolahan yang terarah . jelaslah kiranya , bahwa fase pengolahan dan langkah intruksional yang mendampinginya , memegang peranan sangat penting untuk meningkatkan kadar ingatan dan dengan demikian mengurangi lupa .
(d) Pada fase penggali dan fase prestasi , siswa harus menggunakan kunci yang tepat untuk membuka ingatannya . Dalam hal ini guru dapat membantu memberikan pertanyaan yang terararh , supaya siswa berhasil dalam menggali informasi dari ingatannya .
(e) Hendaknya siswa membuat catatan tentang materi-materi yang telah diajarkan .
(f) Dalam menerangkan guru jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran .
(g) Jangan terlalu banyak bahan yang diajarkan
(h) Bahan pengajaran itu harus sering diulang setiap saat .
(i) Mengusahakan dalam mengajar , guru memberi kesempatan penggunaan alat indera yang sebaik-baiknya sehingga hasil pengamatan itu mendekati kenyataan , memberi kesan yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas-jelasnya .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
· Ingatan yaitu suatu daya yang dapat menerima , menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan / tanggapan / pengertian .
· Gangguan ingatan manusia , yaitu lupa , suatu peristiwa seseorang tidak dapat memproduksi tanggapan meskipun ingatan kita dalam kadaan sehat .
· Sesuatu yang pernah dipelajari dengan sungguh – sungguh dan kemudian tidak dapat digali kembali dari ingatan , masih meninggalkan bekas dalam ingatan , paling sedikit.
· Terjadinya lupa cukup ditinjau dari fase prestasi , karena dalam kedua fase itu dapat terjadi kesulitan dan penggalian
· Menurut woodworth , gejala lupa disebabkan bekas – bekas ingatan yang tidak digunakan , lama kelamaan akan terhapus dengan berlangsungnya waktu , terjadinya penghapusan akan menyebabkan bekas ingatan menjadi kabur dan lam kelamaan hilang sendiri.
· Sebab terjadinya lupa ialah gangguan dari informasi yang baru masuk ke dalam ingatan terhadap informasi yang telah tersimpan disitu , seolah – olah informasi yang lama di geser dan kemudian lebih sukar diingat.
· Usaha – Usaha mengurangi lupa:
(1) Dalam menerangkan guru jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran
(2) Jangan terlalu banyak bahan yang diajarkan
(3) Bahan pengajaran itu harus sering diulang setiap saat
(4) Mengusahakan dalam mengajar , guru memberi kesempatan penggunaan alat indra yang sebaik – baiknya sehingga hasil pengamatan itu mendekati kenyataan , memberi kesan yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas – jelasnya.
DAFTAR PUSTAKA
- W.S Winkel , “Psikologis Pengajaran “ Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma , Yogyakarta ; Media Abadi , 2003.
- Soemanto , Wasty , Psikologi Pendidikan Edisi Baru , Jakarta : Rineka Cipta , 1998.
- White , Kay , 27 kiat memperkuat DAYA INGAT , Bandung ; Penerbit Nuansa , 2005
- Ahmadi , Abu , Widodo Supriyono , Psikologi Belajar , Jakarta :
PT. RINEKA CIPTA , 1991
No comments:
Post a Comment