BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Bahasa adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu mengikuti dalam segala pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu. bahasa adalah tanda yang jelas bagi kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, dan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Pada kenyataannya kesalahan dalam berbahasa sering sekali dialami oleh siswa, hal itu dikarenakan bahasa yeng mereka terima di lingkungan keluarganya berbeda dengan bahasa yang digunakan di sekolah yaitu bahasa resmi. Maka dari itu hal ini sangatlah perlu dikaji atas kesalahan-kesalahan berbahasa yang telah terjadi melalui analisis kesalahan berbahasa.
- Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian analisis kesalahan berbahasa ?
2) Bagaimana proses analisis kesalahan berbahasa ?
3) Bagaimana pandangan audiolingualisme dan ahli psikologi kognitif terhadap kesalahan berbahasa ?
4) Apakah yang dimaksud analisis kontrastif ?
- Tujuan
1) Menjelaskan pengertian analisis kesalahan berbahasa
2) Menjelaskan proses analisis kesalahan berbahasa
3) Menjelaskan pandangan audiolingual dan ahli psikologi kognitif terhadap kesalahan berbahasa
4) Menjelaskan analisis kontrastif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Sebelumnya perlu diketahui bahwa ada dua macam bahasa yang persoalannya perlu mendapat perhatian. Bahasa pertama (B1), yaitu bahasa sehari-hari yang disebut bahasa daerah. Bahasa pertama atau disebut juga bahasa ibu ialah bahasa yang dipakai di lingkungan keluarga dan umumnya juga di gunakan di daerah tempat anak itu tinggal. Bahasa kedua (B2), yaitu bahasa yang diajarkan disekolah dan dipakai dalam komunikasi resmi ( dalam konteks ini adalah bahasa Indonesia ), tetapi pada dasarnya tidak dipakai dilingkungan keluarga.[1] Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi kesukaran bagi murid dan akan menimbulkan kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Analisis kesalahan berbahasa merupakan satu tindakan dan studi secara formal dan sistematik untuk mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan, hambatan,hambatan, dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran bahasa bagi mereka yang berbeda latar belakang kebahasaan.[2]
Analisisis kesalahan Berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang di buat siswa atau seseorang yang sedang belajar dengan menggunakan teori-teori dan prosedur berdasarkan linguistik.
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa.
Berdasarkan pengertiaan analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk aturan berbagi unit kebahasaan yang meliputi kata, paragraf , kalimat, yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah di tetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku ejaan berbahasa Indonesia yang di sempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa indonesia yang di gunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk aturan salah atau tidak adalah sistem bahasa baku.
Berdasarkan pengertiaan analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk aturan berbagi unit kebahasaan yang meliputi kata, paragraf , kalimat, yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah di tetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku ejaan berbahasa Indonesia yang di sempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa indonesia yang di gunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk aturan salah atau tidak adalah sistem bahasa baku.
B. Proses Analisis Kesalahan Berbahasa
Proses terjadinya kesalalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa terutama belajar bahasa bahasa kedua, merupakan fenomena yang mendorong para pengajar ahli bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa. Dari belajar tentang kesalahan berbahas itu dapat di ketahui bahwa proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa.
Adapun untuk mengetahui kesalahan dalam berbahasa , terdapat proses-proses analisa kesalahan berbahasa, diantaranya adalah :
1. Mengumpulkan data kesalahan
Maksud dari mengumpulkan data kesalahan adalah segala kesalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran baik formal maupun non formal perlu di data atau di catat dan di kumpulkan.
2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasiknan kesalahan
Jadi, kesalahan-kesalahan yang telah di identifikasi kemudian di klasifikasikan sesuai tingkat kesalahannya.
3. Mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuinsinya
kesalahan itu dilihat dan diurutkan berdasarkan tingkat keseringan terjadinya kesalahan.
4. Menjelaskan kesalahan
kesalahan yang terjadi setelah diurutkan dijelaskan sebab akibat terjadinya keslahan.
5. Memprediksi tataran kebahasaan yang rawan kesalahan
memperkirakan bidang kebahasaan mana yang sering terjadi kesalahan siswa.
6. Mengoreksi kesalahan
kesalahan yang ada dikoreksi atau diperiksa supaya dapat diambil langkah perbaikan selanjutnya.
C. Beberapa Pandangan Terhadap Kesalahan Berbahasa
1) Menurut pandangan audiolingualisme
Memandang kesalahan berbahasa dengan perspektif yang bersifat puritanistis. Nelson brooks misalnya, memandang kesalahan berbahasa sebagai dosa yang harus dihindari dan pengaruhnya harus dibatasi, tetapi kehadirannya tidak dapat dielakkan. Dikemukakannya pula metode untuk menghindari terjadinya kesalahan berbahasa adalah dengan melatihkan si pebelajar model-model yang benar dalam waktu yang cukup lama. Seharusnya kegiatan berbahasa lebih ditekankan pada pembentukan kemampuan berkomunikasi dari pada latihan-latihan pola dan hafalan dialog. Si pebelajar lebih didorong keberaniannya untuk berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya. Sebagai pendukung, perlu juga diciptakan situasi yang membuat sipebelajar itu tidak merasa takut jika berbuat salah.
2) Menurut pandangan ahli psikologi kognitif
Para ahli psikologi kognitif memandang kesalahan berbahasa sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini bisa dilihat dalam kenyataan pada proses penguasaan bahasa pertama pada anak-anak dimanapun. Dalam proses tersebut, anak-anak membuat kesalahan berbahasa, tetapi kesalahan berbahasa itu dapat diterima oleh orang tua mereka, serta orang dewasa yang ada dilingkungan sekitar mereka. Belajar berbahasa, manusia telah memiliki kapasitas belajar berbahasa yang bersifat innate. Kapasitas itu berada dalam struktur psikologis yang bersifat laten dalam otak manusia. Apabila seseorang belajar bahasa maka kapasitas belajar bahasa dalam struktur psikologis itu akan teraktifkan. Penguasaan bahasa itu tidak merupakan keturunan atau pembawaan, melainkan sesuatu yang diperoleh dari kebiasaan lingkungan hidupnya.[3]
D. Analisis Konstrastif
Secara umum untuk memahami pengertian analisis kontrastif kita dapat menelusuri melalui makna kedua kata tersebut. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti. dan dipahami.
Secara khusus analisis kesalahan kontrastif (ANAKON) adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu, yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2).
Dalam setiap pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing ada dua hal yang biasa dialami atau diperbuat siswa. Pertama siswa sering membuat kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua itu. Kedua, siswa sering membuat kesalahan berbahasa dalam proses mempelajari bahasa kedua itu. dengan hal ini maka menuntut adanya perbaikan dalam pengajaran bahasa kedua.
Anakon muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Anakon adalah suatu prosedur kerja yang mempunyai empat langkah. Yakni membandingkan B1 dan B2, memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, memilih bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahasa yang tepat dalam mengefisienkan dan mengefektifkan pengajaran bahasa kedua.
Landasan kerja anakon ada dua. Bahwa anakon berkaitan dengan linguistik dan psikologi belajar. Ini terlihat dari empat langkah prosedur kerja anakon di atas. Langkah pertama berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa. Ini menunjukkan bahwa anakon berkaitan erat dengan linguistik. Langkah kedua, ketiga dan keempat berkaitan dengan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, pemilihan dan penyusan bahasa serta cara penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Ini membuktikan bahwa anakon berkaitan erat dengan psikologi belajar.
Di dalam pemerolehan Bl, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui peniruan. Peniruan ini biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan. Melalui kegiatan menirukan, anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai struktur dan pola bahasa ibunya. Peristiwa semacam ini terjadi pula dalam pemerolehan B2. Melalui peniruan dan penguatan para siswa mengidentifikasi hubungan antara rangsangan dan tanggapan yang merupakan kebiasaan dalam ber-B2.
Berdasarkan teori belajar ilmu jiwa tingkah laku yang mendominasi analisis kontrastif, kesalahan berbahasa terjadi adanya transfer negatif. Istilah transfer negatif diartikan dengan penggunaan sistem Bl dalam ber-B2, padahal sistem itu berbeda dalam B2. Kesalahan semacam inilah yang menyebabkan proses belajar B2 gagal. Oleh sebab itu, kesalahan konsep semacam ini harus dihilangkan agar proses belajar berbahasa sesuai dengan yang dikehendaki dan pengajaran B2 berhasil.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan berbahasa bersumber pada transfer negatif. Transfer negatif ini sendiri terjadi sebagai akibat penggunaan sistem yang berbeda antara Bl dan B2. Perbedaan sistem bahasa itu dapat diidentifikasi melalui Bl dengan B2. Kesalahan-kesalahan itu akan tampak dengan jelas pada contoh kalimat di bawah ini.
Lha, ini sing marahi. (Na, inilah penyebabnya).
Kari sebentar wae Iho, Pak?! (Sebentar lagi, Pak!).
Ini rumahnya siapa? (Ini rumah siapa?)
Lha, ini sing marahi. (Na, inilah penyebabnya).
Kari sebentar wae Iho, Pak?! (Sebentar lagi, Pak!).
Ini rumahnya siapa? (Ini rumah siapa?)
Kesalahan berbahasa dapat dihilangkan dengan berbagai cara, antara lain menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan, dan penguatan.
Dengan demikian, analisis kontrastif dapat diartikan sebagai prosedur kerja. la merupakan aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur Bl dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa.
· Perbedaan Anakon dan Anakes
Dengan demikian, dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, analisis kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang dibuat siswa. Kemudian, analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk dalam kategori yang disebabkan perbedaan bahasa pertama dan kedua.
Ini disebabkan dalam analisis kontrastif dikenal ada dua hipotesis. Hipotesis kuat dan hipotesis lemah.
Hipotesis bentuk kuat didasarkan lima asumsi:
Hipotesis bentuk kuat didasarkan lima asumsi:
1. Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa dalam mempelajari bahasa kedua adalah interferensi bahasa ibu
2. Kesulitan belajar itu disebabkan perbedaan struktur bahasa ibu dan bahasa kedua yang dipelajari siswa
3. Semakin besar perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa kedua semakin besar kesulitan belajar
4. Perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua diperlukan untuk memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang akan terjadi dalam belajar bahasa kedua
5. Bahan pengajaran bahasa kedua ditekankan pada perbedaan bahasa pertama dan kedua yang disusun berdasarkan analisis kontrastif.
Hipotesis bentuk lemah menyatakan bahwa tidak semua kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi. Dalam hipotesis ini tersirat asumsi: Kesalahan berbahasa disebabkan berbagai faktor. Karenanya anakon dan anakes harus saling melengkapi.
· Manfaat Analisis Konstrastif
Belum tentu analisis kontrastif dapat menyelesaikan masalah-masalah kesulitan belajar siswa dalam hal belajar bahasa. Sebagai suatu ilmu analisis kontrastif mempunyai kelemahan-kelemahan di samping kelebihannya. Bertolak dari kelebihannya, bagaimanapun analisis kontrastif tetap memiliki manfaat.
Manfaat yang dimaksud sebagai berikut:
1) Analisis kontrastif dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam proes belajar B2.
2) Dengan metode analisis kontrastif akan ditemukan butir-butir kesulitan belajar siswa. Pembuktian kesulitan akan diperoleh melalui kegiatan belajar secara teratur di kelas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa
Ø Analisisis kesalahan Berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang di buat siswa atau seseorang yang sedang belajar dengan menggunakan teori-teori dan prosedur berdasarkan linguistik.
Ø Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa.
Ø Proses-proses analisa kesalahan berbahasa, diantaranya adalah :
1. Mengumpulkan data kesalahan
2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasiknan kesalahan
3. Mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuinsinya
4. Menjelaskan kesalahan
5. Memprediksi tataran kebahasaan yang rawan kesalahan
6. Mengoreksi kesalahan
Ø Pandangan Audiolingualisme terhadap kesalahan berbahasa
memandang kesalahan berbahasa sebagai dosa yang harus dihindari dan pengaruhnya harus dibatasi, tetapi kehadirannya tidak dapat dielakkan.
Ø Pandangan ahli psikologi kognitif terhadap kesalahan berbahasa
Para ahli psikologi kognitif memandang kesalahan berbahasa sebagai sesuatu yang wajar.
Ø Analisis kontrastif (ANAKON) adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu, yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2).
Ø Perbedaan ANAKON dan ANAKES, Analisis kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang dibuat siswa. Kemudian, analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk dalam kategori yang disebabkan perbedaan bahasa pertama dan kedua.
Ø Manfaat Analisis Kontrastif :
(1) Analisis kontrastif dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam proes belajar B2.
(2) Dengan metode analisis kontrastif akan ditemukan butir-butir kesulitan belajar siswa.
(1) Analisis kontrastif dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam proes belajar B2.
(2) Dengan metode analisis kontrastif akan ditemukan butir-butir kesulitan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Samsuri, Analisis Bahasa, Jakarta : Erlangga, 1994
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005
Parera, Jos Daniel, Linguistic Edukasional, Jakarta : Erlangga, 1997
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005
http://massofa.wordpress.com/2008/08/23/hakekat-analisis-kontrastif/
No comments:
Post a Comment