Sunday, June 26, 2011

Terjadinya Lupa


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Setiap proses belajar – mengajar bermuara pada suatu hasil ,sesuai dengan tujuan intruksional . Namun , hasil itu tidak hanya tinggal hasil saja dan kemudian tidak ada apa – apa lagi . Hasil belajar itu harus digunakan pula dikemudian hari , baik selama siswa masih sekolah , maupun sesudah siswa meninggalkan bangku sekolah . Hasil belajar yang telah diperoleh , disimpan dalam ingatan untuk kemudian digali dari ingatan pada saat – saat dibutuhkan .
Dalam penggalian itu dapat timbul kesulitan , dalam arti hasil belajar ( yang tersimpan dalam ingatan ) tidak dapat ditemukan dengan demikian , hasil belajar tidak dapat digunakan sebagaimana diharapkan . Bilamana siswa mengalami kesulitan dalam penggalian itu , dia dikatakan “ telah lupa “ atau “ tidak dapat mengingat “ misalnya siswa itu tidak dapat menjawab pertanyaan pada waktu menempuh ulangan , meskipun hal yang ditanyakan itu memang pernah dipelajarinya . Maka , sejauh itu , lupa dapat dipandang sebagai gejala negatif yang dapat menimbulkan kesulitan , baik bagi siswa maupun bagi guru .

B.                 Rumusan Masalah
1.      Apakah ingatan itu ?
2.      Apakah lupa itu ?
3.      Samakah lupa dengan hilang itu ?
4.      Kapan terjadi lupa ?
5.      Mengapa terjadi lupa ?
6.      Apa usaha – usaha untuk mengurangi lupa ?

C.                Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan ingatan
2.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan lupa
3.      Mengetahui apakah lupa dan hilang itu sama
4.      Mengetahui kapan bisa terjadi lupa
5.      Mengetahui penyebab terjadinya lupa
6.      Mengetahui usaha – usaha untuk mengurangi lupa

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan denagn jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktifitas yaitu :
1.)    Mencamkan , yaitu menangkap atau menerima kasan – kesan
2.)    Menyimpan kesan – kesan
3.)    Memproduksi kesan – kesan
Sifat – sifat dari ingatan yang baik adalah ingatan yang cepat dalam mencamkan kesan – kesan tidak mengalami kesulitan ., ingatan yang setia yaitu apabila kesan yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil , igatan yang kuat apabila kesan – kesan yang tersimpan bertahan lama.
Sering kita menyebutkan hal ingat dan lupa. Berdasarkan penelitian , setelah kita mencamkan sesuatu banyak hal yang secara berangsur – angsur terlupakan. Untuk mengatasi  hal ini, maka bahan yang ingin kita ingat denagn baik harus diulang – ulang secara terus menerus. Untuk itu subyek hendaknya mampu membagi dan memanfaatkan waktu dengan baik. Luas ingatan itu berkembang mengikuti penambahan umur sampai batas umur tertentu , dan ini dapat menjadi petunjuk bagi masaknya pikiran seseorang .
Kesulitan dalam mengingat disebabkan hambatan ingatan atau belajar akibat masuknya bahan – bahan yang terdahulu. Jadi , kesan – kesan yang lebih terdahulu mengganggu usaha reproduksi kesan – kesan yang lebih baru.
     Dalam hal mereproduksi , kita kenal adanya dua macam reproduksi yaitu :
1.)    Mengingat kembali ( recall ): dalam hal ini tidak ada obyek yang dipakai untuk merangsang reproduksi. Misalnya mengingat ciri – ciri benda yang sudah tidak ada atau hilang
2.)    Mengenal kemballi  ( recognition ) ; dalam hal ini ada sesuatu   objek yang dipakai  sebagai perangsang  untuk mengadakan reproduksi . Misalnya mengenali  suatu benda  apakah sesuai dengan ciri-ciri benda yang pernah diamati .

B.      Lupa
Para guru biasanya memandang   lupa sebagai gejala yang menyedihkan , yang seharusnya tidak   ada , namun mau tak mau harus dihadapi . Mungkin saja ada guru yang merasa frustasi , karena siswa  lupa-lupa saja  akan hal yang sudah diajarkan , sehingga dapat timbul pertanyaan ; “Apa guna mengajar , kalau siswa  toh akan lupa ?”. Demikian pula , para siswa  cenderung memandang  lupa sebagai musuh besar , sebagai nasib malang dan sebagai kekuatan mistik  yang menyerangnya serta meninggalkannya   dalam  keadaan terkalahkan dan  tak berdaya lagi . Bahkan  tidak sedikit siswa  yang mencari alasan pokok  bagi nasibnya yang malang  dalam “ bakat  ingatan lemah “, dalam arti dia pada dasarnya  tidak mampu mengingat dengan baik  , dan lupa-lupa saja  karena tidak memiliki bakat  untuk mengingat  .
Kalau gagasan semacam ini diterus-teruskan  , siswa malah  sampai pada kesimpulan : “Lebih baik tidak belajar saja  , karena  toh akan dilupakan .”
Lupa yang terjadi dalam rangka belajar disekolah , paling dirasakan akibatnya  dibidang belajar kognitif , yaitu belajar  informasi  verbal , belajar  kemahiran  intelektual serta   , sampai taraf tertentu  dibidang belajar  pengaturan kegiatan kognitif   dan dibidang  ketrampilan  motorik  dan belajar  sikap , sejauh  menyangkut  aneka  unsur kognitif .
  
C.    Lupa – Hilang
Kerap kali pengertian  “lupa “ dan “ hilang “ secara spontan dianggap  sama , padahal apa yang dilupakan belum  tentu hilang dari ingatan begitu saja  . Kenyataan bahwa seseorang  tidak dapat mengingat sesuatu  , belum berarti  hal itu hilang dari ingatannya , seolah-olah hal yang pernah  dialami atau dipelajari  sama sekali  tidak mempunyai  efek apa-apa .
Refleksi  atas pengalaman  belajar disekolah , menunjukkan bahwa sesuatu   yang pernah dipelajari  dengan sungguh-sungguh  dan kemudian tidak dapat  digali kembali  dari ingatan , masih meninggalkan bekas dalam ingatan , paling sedikit  tinggal sisa-sisanya .
Namun ketika mempelajari kembali  materi itu , dia dapat menguasainya  kembali dalam waktu  cukup singkat  . Ini berarti , bahwa materi itu tidak hilang   atau lenyap dari ingatan ; hanya pada saat materi itu dibutuhkan  tidak dapat digali dari ingatan . Namun  materi itu dapat  dihidupkan kembali  dengan belajar  kembali  , yang ternyata  akan berlangsung  dengan  lebih cepat dari pada  ketika mempelajari materi   itu untuk pertama kali .
Bilamana  seorang siswa  tidak berhasil  memproduksikan  pengetahuannya  dibidang studi tersebut  dan menyatakan “ saya  telah lupa “ , belum tentu pengetahuan itu tidak terdapat  dalam ingatannya atau telah hilang . Paling banyak   dapat dikatakan bahwa   siswa itu tidak berhasil  menggali dari  ingatan melalui  cara penggalian “ mengingat  kembali “ , seperti yang dituntut  bila dia mengerjakan tes karangan . Namun , ada kemungkinan  siswa berhasil  dalam mengingat  bila digunakan  cara penggalian “ mengenal  kembali “ , seperti  yang untuk  sebagian  dituntut  dalam mengerjakan   tes obyektif , dimana siswa  tinggal  memilih  diantara  beberapa  alternatif  yang disajikan . Bilamana   cara penggalian   ini pun tidak berhasil   , siswa masih  dapat belajar  kembali materi yang   “ terlupakan “  dalam waktu relatif  singkat ; ternyata  materi  itu tidak hilang begitu  saja  , tetapi masih tinggal  bekas-bekasnya . Jadi , gambaran tentang lupa sebenarnya  tidak begitu negatif  seperti  yang kerap dibayangkan  oleh guru dan siswa , karena “ lupa “ dan “ hilang “  tidak berarti hal yang sama .
      
D.    Terjadinya Lupa
Lupa menyangkut   penggalian dari ingatan . Penggalian berlangsung  sesudah materi  pelajaran diolah  dan dimasukkan  kedalam LTM ( storage ) . Hsil penggalian mungkin harus digunakan  dalam proses  belajar  yang sedang berlangsung , mungkin pula baru digunakan beberapa waktu kemudian , setelah proses yang sekarang ini berakhir .
Selama  proses  belajar berlangsung , siswa membutuhkan  penggalian  dari ingatannya  pada saat :
a.       Unit pelajaran , yang belum selesai dipelajari  seutuhnya  akan dilanjutkan , misalnya pada jam pelajaran berikutnya .
b.      Hasil  belajar  akan diterapkan  diluar lingkup bidang   studi yang bersangkutan  , misalnya  pengetahuan dibidang studi IPA  digunakan untuk memahami  aneka gejala  klimatologis  yang dialami setiap hari ( transfer belajar ).
c.       Harus memberikan  prestasi pada akhir  proses belajar , yang membuktikan bahwa hasil belajar  memang diperoleh  atau tujuan  instruksional telah tercapai .

Sesudah  proses belajar berakhir , siswa membutuhkan  hasil penggalian  dari ingatan pada saat :
a.       Mempelajari unit  pelajaran lain dibidang studi sama  atau mempelajari topik tertentu di bidang studi lain . Hasil dari belajar yang dahulu itu diperlukan dalam rangka pengolahan  materi yang lain.
b.      Mengulang kembali  garis-garis  besar dari materi pelajaran untuk beberapa pokok  bahasan , sebagai persiapan  untuk menempuh ulangan ( review )
c.       Memberikan  prestasi pada waktu mengerjakan ulangan  yang meliputi  sejumlah satuan pelajaran yang telah selesai  dipelajari .

Dalam rangka  menjawab persoalan “ kapan terjadi lupa “ , cukuplah ditinjau pada fase menggali dan fase prestasi , karena dalam kedua fase itu  dapat terjadi kesulitan  dalam penggalian . Lupa dapat terjadi sesudah  hasil pengolahan dimasukkan  dalam LTM . Dengan demikian menjadi semakin  jelas, bahwa lupa menunjukkan  pada kesulitan  untuk menggali ( dari ingatan ) apa yang telah diperhatikan  , diolah dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka panjang .

Diagram  yang menggambarkan  saat-saat  terjadi lupa

                 Fiksasi                                                           Retensi                                        Evokasi

   Fase kosentrasi         Fase mengolah               Fase menyimpan            Fase menggali                    Fase prestasi 
                ( Fase 2 )                     ( Fase 3 )                                ( Fase 4 )                      ( Fase 5 )                     ( Fase 6 )               
                           keluar           keluar                                                                                lupa  

Diagram ini terutama  mencakup  proses belajar  yang sedang berlangsung  dan yang berakhir dengan menerima umpan balik . Kalau  jangka waktu antara fase pengalahan dan penggalian  tidak terlalu lama , lupa tidak akan begitu kerap terjadi  , karena belum begitu banyak   materi yang dapat menimbulkan   interferensi , biarpun lupa  dapat saja terjadi . Kalau siswa harus menggali dari ingatan  baru beberapa waktu sesudah fase pengolahan  berlangsung  dan fase penyimpanan  dimulai , lupa akan sering terjadi  karena alasan-alasan tertentu .

E.     Penyebab terjadinya lupa
Persoalan  tentang mengapa terjadi  lupa belum mendapat jawaban yang pasti . Tentang masalah apa kiranya  sebab manusia  mengalami lupa.
Ingatan  sering dianggap  sebagai suatu kemampuan / kapasitas  yang agak  bersifat umum , seperti misalnya intelegensi atau kemampuan  intelektual  , yang sedikit  banyak  berdiri sendiri .
Biarpun terdapat  perbedaan antara siswa  yang satu dengan yang lain  dalam hal mengingat dengan baikl, perbedaan  itu sebenarnya tidak bersumber pada  sutau daya mengingat yang besar atau kecil . Perbedaan itu kiranya  karena perbedaan  dalam taraf  intelegensi . dalam konsentrasi untuk  mengingat  dan  dalam  minat. Taraf  intelegensi yang lebih  tinggi memungkinkan  pengolahan  materi pelajaran yang lebih mendalam ; pengolahan yang lebih inilah  yang meningkatkan  prestasi  ingatan  , karena yang penting dalam mengikat dengan baik ialah menangkap   arti dan makna yang terkandung dalam hal-hal yang dipelajari .
Dalam literatur ilmiah yang membahas sebab – sebab terjadinya lupa, dapat ditemukan berbagai pandangan antara lain sebagai berikut :
(a)    Menurut pandangan wodworth , gejala lupa disebabkan bekas – bekas ingatan yang tidak digunakan , lama kelamaan terhapus , dengan berlangsungnya waktu terjadi proses penghapusan yang mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan lama kelamaan hilang sendiri .
(b)   Gangguan dari informasi yang baru masuk kedalam ingatan terhadap informasi yang telah tersimpan disitu , seolah – olah informasi yang lama digeser dan kemudian sukar diingat. Tidak semua informasi baru harus mengganggu penyimpanan informasi lama , seandainya penggalian informasi lama ternyata terganggu , informasi itu masih dapat di gali dengan cara penggalian yang lain atau dipelajari kembali dalam waktu yang lebih singkat.

Mungkin pula salah satu sebab terjadinya lupa adalah para siswa tidak mendapat kunci yang tepat untuk membuka ingatannya ; jadi kesukarannya timbul pada fase penggalian itu sendiri. Misalnya , bilamanaseorang guru memberikan pertanyaan pada ulangan dengan menggunakan rumusan atau istilah yang tidak pernah dipelajaroi oleh siswa , maka tidak mengherankan kalau siswa tidak dapat mengerjakannya dan mungkin menyatakan “ Telah Lupa ”. Tetapi , sangat besar  kemungkinannya siswa tidak lupa sama sekali , tetapi tidak mengetahui dimana harus mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya.
Mungkin pula “ Lupa ” bukan gejala bahwa keseluruhan dari materi yang telah dipelajari , terlupakan sama sekali, sebagian diingat dan sebagian tidak. Untuk gejala itu dapat digunakan istilah “Setengah – setengah lupa” Gejala lupa semacam ini , kiranya disebabkan kurang perhatian pada fase konsentrasi dan pengolahan materi yang tidak sempurna ( Fiksasi ) sebelum dimasukkan kedalam ingatan jangka panjag ( Long – term memory )

F.      Usaha – Usaha Mengurangi Lupa
(a)    Motivasi belajar yang kuat dipihak siswa , lebih – lebih motivasi intrinsik ,dan kesadaran akan tujuan yang harus dicapai, mendorong siswa untuk melibatkan diri. Siswa akan lebih muda mengikat nanti , jika selama belajar dia berniat untuk mengingat kelak, Seolah – olah siswa berkata kepada diri sendiri : Kalau saya tidak belajar dengan baik , saya pasti akan lupa nanti. Maka guru berusaha membangkitkan motivasi dan minat untuk belajar.
(b)   Pada fase konsentrasi , siswa harus memberikan perhatian khusus pada unsur – unsur yang relevan. Perhatian ini mungkin pengolahan yang baik pada fase berikutnya. Maka guru harus berusaha mengarahkan  perhatian siswa , supaya aneka unsur pokok dalam materi pelajaran sungguh – sungguh diperhatikan .
(c)    Pada fase pengolahan , siswa perlu mengolah  materi dengan baik dan segera. Penundaan pengolahan akan mengakibatkan bahwa materi itu terdesak keluar dari STM, karena ada infarmasi baru yang masuk. Pengolahan yang tidak sempurna mengakibatkan bahwa informasi yang akan masuk ke LTM , masih berada dalam keadaan “setengah matang” , sehingga proses penggalian kelak menjadi  lebih sukar .  Makin baik pengolahan   materi , makin baik pula  penyimpanannya  dan makin baik  pula proses  penggalian  dari ingatan  kelak . Maka guru harus membantu siswa  untuk mencernakan   materi pelajaran  dengan sebaik-baiknya  dan menuangkan  hasil pengolahan  dalam bentuk perumusan verbal , skema  atau bagian  informasi yang telah tersimpan  dalam LTM akan dibutuhkan  dalam rangka pengolahan  yang terarah . jelaslah kiranya , bahwa fase pengolahan   dan langkah  intruksional yang mendampinginya  , memegang peranan sangat penting untuk  meningkatkan  kadar  ingatan  dan dengan demikian mengurangi lupa .
(d)   Pada fase penggali dan fase prestasi  , siswa harus menggunakan kunci yang tepat untuk membuka ingatannya . Dalam hal ini guru dapat membantu memberikan pertanyaan  yang terararh , supaya siswa  berhasil dalam menggali informasi  dari ingatannya .
(e)    Hendaknya  siswa membuat catatan tentang materi-materi  yang telah diajarkan .
(f)    Dalam menerangkan  guru jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran .
(g)   Jangan terlalu banyak bahan yang diajarkan
(h)   Bahan pengajaran itu harus sering diulang setiap saat .
(i)     Mengusahakan  dalam mengajar , guru memberi kesempatan penggunaan  alat indera yang sebaik-baiknya  sehingga hasil pengamatan itu  mendekati kenyataan , memberi kesan yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas-jelasnya .    


BAB  III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
·         Ingatan yaitu suatu daya yang dapat menerima , menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan / tanggapan / pengertian .
·         Gangguan ingatan manusia , yaitu  lupa , suatu peristiwa seseorang tidak dapat memproduksi tanggapan meskipun ingatan kita dalam kadaan sehat .
·         Sesuatu yang pernah dipelajari dengan sungguh – sungguh dan kemudian tidak dapat digali kembali dari ingatan , masih meninggalkan bekas dalam ingatan , paling sedikit.
·         Terjadinya lupa cukup ditinjau dari fase prestasi , karena dalam kedua fase itu dapat terjadi kesulitan dan penggalian   
·         Menurut woodworth , gejala lupa disebabkan bekas – bekas ingatan yang tidak digunakan , lama kelamaan akan terhapus dengan berlangsungnya waktu , terjadinya penghapusan akan menyebabkan bekas ingatan menjadi kabur dan lam kelamaan hilang sendiri.
·         Sebab terjadinya lupa ialah gangguan dari informasi yang baru masuk ke dalam ingatan terhadap informasi yang telah tersimpan disitu , seolah – olah informasi yang lama di geser  dan kemudian lebih sukar diingat.
·         Usaha – Usaha mengurangi lupa:
(1)   Dalam menerangkan guru jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran
(2)   Jangan terlalu banyak bahan yang diajarkan
(3)   Bahan pengajaran itu harus sering diulang setiap saat
(4)   Mengusahakan dalam mengajar , guru memberi kesempatan penggunaan alat indra yang sebaik – baiknya sehingga hasil pengamatan itu mendekati kenyataan , memberi kesan yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas – jelasnya.


DAFTAR   PUSTAKA


-                W.S Winkel  , “Psikologis  Pengajaran “ Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas  Keguruan  dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma , Yogyakarta ; Media Abadi , 2003.
-                Soemanto , Wasty , Psikologi Pendidikan Edisi Baru , Jakarta : Rineka Cipta , 1998.
-                White , Kay , 27 kiat memperkuat  DAYA INGAT , Bandung ; Penerbit Nuansa , 2005
-                Ahmadi , Abu , Widodo Supriyono , Psikologi Belajar , Jakarta :
PT. RINEKA  CIPTA , 1991

No comments:

Post a Comment

Followers