Tuesday, April 3, 2012

HAKEKAT KEDUDUKAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, eveluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan. Sebagai suatu pembelajaran, pembelajaran bahasa diselenggarakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tujuan-tujuan pembelajaran itu diupayakan pencapainnya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang secara matang dan seksama dan diselenggarakan seksama dan diselenggarakan secara sungguh-sungguh agar tujuan-tujuan pembelajaran itu dapat dicapai. Rangkaian kegiatan belajar-mengajar dalam pembelajaran diselenggarakan dengan menggunakan bahan ajar dan latihan yang dipilih dan disusun secara teliti agar tujuan-tujuan pembelajaran benar-benar dapat tercapai seperti telah dirumuskan.
            Upaya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran itu dilakukan dengan menyelenggarakan rangkaian evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang telah diselenggarakan selama kurun waktu tertentu yang telah direncanakan. Kedudukan evaluasi dalam desain penyelenggaraan pembelajaran sebagai bagian akhir dari rangkaian tiga komponen pokok penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakekat kedudukan evaluasi dalam pembelajaran bahasa ?
2.      Apa tujuan dan kegunaan evaluasi kemampuan bahasa ?
3.      Apa sasaran dari evaluasi kemampuan berbahasa ?
4.      Bagaimana evaluasi, pengukuran dan tes kemampuan bahasa ?


C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui hakekat kedudukan evaluasi dalam pembelajaran bahasa
2.      Untuk mengetahui tujuan dan kegunaan evaluasi kemampuan bahasa
3.      Untuk mengetahui sasaran dari evaluasi kemampuan berbahasa
4.      Untuk mengetahui evaluasi, pengukuran dan tes kemampuan bahasa




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat  dan Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran
Secara umum evaluasi dalam penyelenggaraan pembelajaran dipahami sebagai suatu upaya pengumpulan informasi tentang penyelenggaraan pembelajaran sebagai dasar untuk pembuatan berbagai keputusan. Informasi itu tidak saja terbatas pada hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan kemajuan dan hasil pembelajaran oleh para pembelajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Gronlund, Norman E. 1985:5), melainkan dapat juga berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan. Di samping hasil pembelajaran yang pertama-tama merupakan kepentingan pembelajar dan orang tua serta keluarga, informasi yang dapat diperoleh dari hasil evaluasi dapat pula berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran pada umumnya, tentang kesesuaian bahan ajar yang digunakan, latihan-latihan yang dilakukan, metode dan teknik mengajar yang digunakan oleh pengajar, penyusun dan penyelenggaraan tes, serta penskoran dan pemrosesan hasil tes, dan lain-lain. Secara lebih luas, informasi yang dihasilkan melalui kegiatan evaluasi dapat juga berkaitan dengan berbagai pihak diluar pembelajar, termasuk pengelola, penyandang dana, pengajar, orang tua, serta pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stakeholders) dan bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran yang yang diselenggarakan (Davies, A. 1999:56).
Dampak dan kegunaan informasi dari hasil evaluasi bukanlah tidak berhenti sampai pada komponen penyelenggaraan pembelajaran, melainkan dapat pula berdampak pada komponen awal dalam penyelenggaraan pembelajaran, yaitu identifikasi dan perumusan tujuan. Dari hasil evaluasi yang kurang memuaskan dapat diperoleh informasi tentang ketepatan identifikasi dan perumusan tujuan penyelenggaraan pembelajaran yang mungkin kurang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nyata. Identifikasi dan rincian tujuan penyelenggaraan pembelajaran mungkin perlu ditinjau kembali dan dirumuskan ulang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nyata yang berbeda dengan apa yang telah diidentifikasikan dan dirumuskan pada awal penyelenggaraan pembelajaran.
Sebagai bagian dari penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk melakukan penilaian terhadap seluruh penyelenggaraan pembelajaran agar dapat dilakukan langkah-langkah penyesuaian dan perbaikan. Agar kegiatan evaluasi yang penting itu dapat dilaksanakan secara lebih tepat sasaran serta memiliki dasar yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, evaluasi sebaiknya didahului dan dilengkapi dengan berbagai bentuk kegiatan pengumpulan informasi yang dapat diandalkan hal itu dapat dilakukan secara langsung melalui observasi terhadap aspek dan kegiatan penyelenggaraan pembelajaran tertentu, mengumpulkan bahan, informasi, dan masukan dari pihak-pihak tertentu yang sesuai, melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan lain-lain. Hasil dari semua upaya pengumpulan informasi itu lebih lanjut ditelaah dan dikaji sebagai bahan untuk menentukan penilaian terhadap mutu penyelenggaraan pembelajaran. Atas dasar penilaian itu dapat ditentukan keberadaan dan keberlanjutan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran berupa dilanjutkan seperti adanya, dilanjutkan dengan perubahan diberbagai aspek penyelenggaraan, atau dihentikan. Semua itu dilakukan untuk mengupayakan agar keputusan yang dibuat sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi dapat didasarkan atas sebanyak mungkin informasi.
Selain lewat observasi, interview, dan pengisian kuesioner, penilain (assessment) dapat pula dilakukan dengan melakukan pengumpulan informasi melalui penghitungan dan pengukuran serta tes dengan hasil yang lebih objektif, atau setidak-tidaknya kurang subjektif, dan lebih mudah diverifikasi. Penilaian terhadap jumlah kosakata dalam suatu bahasa yang dikuasai, misalnya, dapat dilakukan tidak semata-mata atas dasar kesan sepintas terhadap penggunaan bahasa seseorang. Tingkat penguasaan kosakata itu dapat diukur secara lebih tepat dengan melakukan penghitungan terhadap kosakata yang diketahui artinya hanya bila kosa kata yang bersangkutan muncul dalam wacana lisan atau tulis seseorang (pasif) tanpa atas kebutuhan dan prakarsa sendiri (aktif) mampu menggunakannya dalam wacana itu sendiri. Evaluasi terhadap bidang-bidang yang lebih abstrak seperti kemampuan berbahasa, pengukuran yang perlu dilakukan dalam melaksanakan penilaian tidak banyak yang dapat dilaksanakan secara langsung melalui penghitungan numerik. Untuk maksud itu alat yang umum digunakan adalah tes, dalam hal ini tes bahasa.
Tes bahasa diartikan sebagai suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemmpuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat kemampuan bahasa. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk menentukan tingkat dalam penguasaan bahasa. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tes bahasa dapat ditunjukan untuk mengukur tingkat kemampuan bahasa pada umumnya, atau salah satu dari keempat jenis kemampuan bahasa: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Demikian pula halnya dengan salah satu unsur bahasa: tata bahasa, kosa kata, serta tekanan suara dan intonasi.
Ketiga komponen unsur pokok (anchor points) penyelenggaran pembelajaran sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling berkaitan dalam suatu desain penyelenggaraan pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran. Bermula dari tujuan yang harus dicapai untuk memenuhi sejumlah kebutuhan, serangkaian kegiatan dirancang dan diselenggarakan untuk mencapainya. Oleh karena itu, untuk mengetahuai ketercapain tujuan yang telah diupayakan melalui penyelenggaraan pembelajaran dengan seluruh rangkaian kegiatan belajar-mengajar yang sesuai itu, dilakukan evaluasai untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.
Suatu komponen penyelenggaraan pembelajaran terdahulu mempengaruhi bahkan menentukan penyelenggaraan komponen berikutnya. Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, apabila kebutuhan kemempuan bahasa pokok yang perlu dikembangkan adalah kemampuan memahami bacaan. Misalnya, pembelajaran yang diselenggarakan mengutamakan kemampuan memahami bacaan. Selanjutnya dalam pembelajaran bahasa yang menitikberatkan dan mengutamakan pengembangan kemampuan membaca tersebut, evaluasi yang diselenggarakan terhadap tingkat keberhasilan pembelajarannya juga akan mengedepankan evaluasi terhadap perkembangan kemampuan membaca.
Segalanya senantiasa didasarkan atas identifikasi dan inventarisasi jenis kemampuan yang ditetapkan sebagai tujuan pokok penyelenggaraan pembelajarannya karena merupakan kebutuhan utama yang perlu dipenuhi. Tujuan penyelenggaraan pembelajaran itu selanjutnya diupayakan pencapainnya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kurun waktu yang direncanakan sesuai dengan tingkat pencapaian yang dijadikan sasaran. Berbagai kegiatan direncanakan dan dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan ajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, diselenggarakan dan dikelola menurut suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran terkaji yang memungkinkan tercapainya tujuan. Latihan yang diselenggarakan untuk menunjang pencapain penguasaan kemampuan yang merupakan tujuan penyelenggaraan seluruh kegiatan. Pada akhirnya untuk memastikan ketercapain tujuan pembelajaran yang telah diupayakan melalui seluruh kegiatan pembelajaran itu, perlu dilakukan evaluasi menjelang atau pada akhir jangka waktu tertentu. Hasil kegiatan evaluasi itu dapat memperoleh informasi dan umpan balik bagi komponen penyelenggaraan pembelajaran yang mendahului, yaitu komponen kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan satu komponen penyelenggaraan pembelajaran dapat berpengaruh terhadap komponen terdahulu dalam alur penyelenggaraan pembelajaran. Secara langsung hasil evaluasi yang kurang baik dapat mengindikasikan kurang baiknya salah satu atau lebih komponen penyelenggaraan pembelajarannya, seperti pemilihan bahan ajar yang kurang sesuai, latihan yang kurang mencukupi, banyaknya waktu kegiatan belajar-mengajar yang ditiadakan karena berbagai alasan, pengajar yang kurang cakap mengajar, dan lain-lain.
Kajian dan tinjauan ulang terhadap berbagai komponen penyelenggaraan pembelajaran itu pada gilirannya dapat menunjukkan bahwa ternyata terdapat hal-hal yang berkaitan dengan identifikasi dan perumusan tujuan pembelajaran sebagai komponen yang mendahului dan merupakan dasar dari penyelenggaraan pembelajaran. Kemungkinan bahwa tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan atas dasar identifikasi terhadap jenis dan cakupan kemampuan yang perlu dipenuhi ternyata tidak sepenuhnya tidak sesuai dengan kebutuhan nyata yang ada. Dalam hal itu perlu dilakukan peninjauan ulang dan mungkin perubahan terhadap rumusan tujuan pembelajaran dan penjabarannya. Dengan demikian hubungan antara ketiga komponen penyelenggaraan pembelajaran tidak semata-mata bersifat satu arah dari komponen terdahulu ke komponen berikutnya.

B.     Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Kemampuan Bahasa
Sebagai bagian dari peyelenggaraan pembelajaran, evaluasi kemampuan bahasa pada umumnya lebih dikaitkan secara terbatas dengan tingkat keberhassilan pembelajaran yang telah diselenggarakan. Evaluasi tingkat keberhasilan itu paling sering dikaitkan dengan tingkat keberhasilan pembelajar dalam bentuk nilai yang diperoleh dari pengajar pada masa-masa tertentu, terutama pada akhir tahun ajaran. Tingkat kemampuan bahasa yang dicapai pembelajar pada akhir suatu jangka waktu tertentu, misalnya pada umumnya merupakan hasil evaluasi yang paling diperhatikan dan diperhitungkan, khususnya oleh para pembelajar dan orang tua serta keluarga. Nilai dalam bentuk angka atau huruf adalah hasil terpenting dapat diharapkan dari kegiatan evaluasi dalam penyelenggaraan pembelajaran. Nilai itu dianggap mencerminkan hasil belajar dan tingkat kemampuannya. Dalam kenyataannya nilai itu pulalah yang akan menempel pada diri pembelajar seterusnya dan akan memberikan cap pada dirinya tentang mutu dan tingkat kepandaiannya. Nilai itu pula yang pada kenyataannya akan dilihat dan diperhitungkan oleh masyarakat terutama pada saat memperebutkan peluang untuk belajar lanjut maupun memperoleh pekerjaan. Dalam hal itu tujuan dan kegunaan, hasil evaluasi dianggap sebagai paling erat kaitannya dengan gambaran tentang tingkat kemampuan yang dapat dicapai pada akhir penyelenggaraan suatu pembelajaran.
Pencapaian tingkat keberhasilan belajar oleh pembelajar itu sebenarnya hanya merupakan sebagian dari tujuan dan sekaligus kegunaan dari hasil evaluasi. Evaluasi hasil pembelajaran dimaksudkan pula untuk memperoleh umpan balik bagi keseluruhan rangkaian penyelenggaraan pembelajaran, yaitu bagi kedua komponen pembelajaran yang lain, baik secara langsung terhadap komponen tujuan pembelajaran. Umpan balik itu berupa nilai yang dihasilkan oleh kegiatan evaluasi yang dapat memiliki manfaat ganda di luar manfaat bagi pembelajar dalam bentuk tingkat keberhasilan tingkat belajarnya.
Bagi komponen penyelenggaraan pembelajaran nilai-nilai pembelajar itu menunjukan tingkat keberhasilan pembelajarannya. Salah satu komponen penyelenggaraan pembelajaran penting yang memanfaatkan hasil evaluasi dalam bentuk pencapaian tingkat keberhasilan pembelajar, adalah unjuk kerja pengajar dalam mengelola berbagai kegiatan pembelajaran dan interaksi dengan pembelajar. Sebagai bahan evaluasi terhadap unjuk kerjanya sendiri, pengajar memperhatikan bagaimana tingkat pemahaman para pembelajar seperti tercermin pada pencapaian nilai hasil evaluasi. Meskipun masih terdapat kemungkinan faktor penyebab lain termasuk bakat, tingkat kecerdasan, dan kerajinan pembelajar, hasil evaluasi yang cenderung kurang memuaskan dapat saja menunjukkan adanya kekurangan pada pihak pengajar
Hasil evaluasi itu bahkan merupakan umpan balik bagi komponen awal dalam penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran. Dari besar kecilnya tingkat keberhasilan pembelajar dapat saja merupakan indikasi bahwa identifikasi dan rincian tujuan pembelajarannya kurang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan nyata. Dalam hal ini kajian ulang terhadap kebutuhan dan rumusan tujuan mungkin perlu dilakukan atas dasar hasil evaluasi yang kurang memuaskan. Semua itu menunjukan bahwa evaluasi yang diselenggarakan pada akhir suatu program pembelajaran itu tidak saja memberikan umpan balik kepada pembelajar dalam bentuk nilai tingkat kemampuannya, melainkan dapat pula merupakan bahan untuk menilai komponen penyelenggara pembelajaran secara umum. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung, hasil evaluasi juga merupakan bahan untuk menilai dan mengkaji ulang komponen tujuan pembelajaran.


C.    Sasaran Evaluasi Kemampuan Bahasa
Secara umum sasaran penyelenggaraan evaluasi kemampuan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa. Secara konvensional kemampuan bahasa itu meliputi empat jenis kemampuan, yaitu kemampuan menyimak, membaca, menulis, dan kemampuan berbicara. Kemampuan menyimak mengacu pada kemampuan untuk memahami segala sesautu yang di ungkapkan orang lain secara lisan dalam bentuk kata-kata lepas, wacana pendek lewat kalimat, atau wacana yang lebih panjang seperti paparan lisan,pidato kuliah, dan lain-lain. Kemampuan membaca menunjuk pada kemampuan untuk memahami maksuddan pikiran orang yang diungkapkan secara tertulis dalam bentuk catatan singkat, surat, artikel surat kabar, cerpen, novel, dan lain-lain. Kemampuan berbicara berupa kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang melalui bunyi-bunyi bahasa dan kata-kata yang dirangkai dalam susunan bahasa yang lebih lengkap seperti frasa, kalimat, dan wacana lisan, yang lebih panjang seperti cerita, pidato, dan lain-lain. Kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan diri melalui kata-kata dan kalimat yang disampaikan secara tertulis.
Keempat kemampuan bahasa itu dikelompokan menjadi dua yaitu kemampuan bahasa pasif-reseptif dan kemampuan bahasa aktif-produktif. Kemampuan bahasa pasif-reseptif dikaitkan dengan kemampuan menyimak dan membaca, sedangkan kemampuan berbicara dan menulis termasuk kemampuan aktif-produktif. Pengelompokan semacam itu didasarkan atas asumsi adanya perbedaaan tingkat keaktifan dan prakarsa penggunaan bahas aleh pengguna bahasa. Dalam kelompok kemampuan bahasa pasif-reseptif diasumsikan bahwa inisiatif penggunan bahasa dalam bentuk wacana lisan atau tertulis pertama-tama berada di pihak pembicara atau penulis wacana. Dalam hal ini pendengar atau pembaca sekedar berusaha untuk memahami hal yang telah diungkapkan oleh pembicara atau penulis wacananya. Untuk memahami wacana lisan atau tertulis itu pendengar atau pembaca tidak dapat sepenuhnya bersikap pasif. Pemahaman hanya dapat terjadi melalui proses mental berpikir, menganalisis, dan mengerti yang hanya dapat terjadi melalui keaktifan tertentu. Dasar pemikiran serupa digunakan dalam pengelompokan kemampuan berbicara dan menulis sebagai kemampuan bahasa aktif-produktif. Dalam pemikiran ini pembicara atau penulis wacana diasumsikan merupakan pihak pengguna bahasa yang mempunyai prakarsa untuk mengungkapkan gagasan yang ada dipikirannyadalam bentuk lisan atau tertulis dengan pilihan kata-kata dan susunan kalimat yang sepenuhnya tergantung padanya. Sasaran utama evaluasi kemampuan bahasa ditujukan pertama-tama pada penguasaan keempat jenis kemampuan tersebut.
Sasaran berikutnya adalah penguasaan bahasa yang dalam kajian bahasa, khususnya kajian struktural, ditafsirkan sebagai terdiri dari sejumlah unsur bahasa, yaitu fonologi (bunyi-bunyi bahasa, fonem, tekanan suara, dan intonasi), kosakata (makna dan pembentukan kata), dan tata bahasa. Tes kemampuan bahasa dengan titik berat pada aspek fonologi dimaksudkan untuk menilai ketepatan pelafalan bunyi-bunyi bahasa dalam berbahasa termasuk penempatan tekanan suara dan pengguanaan intonasi. Tes kosa kata terutama berkaitan dengan seluk-beluk dan pemahaman makna berbagai kosa kata termasuk asal dan pembentukan kata, lawan kata, sinonim, penggunaan kat-kata dalam konteks yang sesuai. Sementara tes tata bahasa berkaitan dengan kemampuan memahami dan menggunakan berbagai penggabungan kata-kata dalam membentuk berbagai penggabungan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Sementara tes tata bahasa berkaitan dengan kemampuan memahami dan menggunakan berbagai penggabungan kata-kata dalam membentuk berbagai bentukan sintaksis sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar.
Tidaklah mudah untuk menempatkan bidang sastra sebagai bagian dari sasaran evaluasi kemampuan bahasa.Sebagai kajian yang lebih mengutamakan apresiasi terhadap penggunaan bahasa dalam berbagai karya sastra, aspek sastra lebih berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan berbagai ciri bahasa dalam mengungkapkan rasa seni dan keindahan karya tulis. Dalam artian itu bidang sastra tidak merupakan bagian dari kemampuan atau unsur bahasa yang merupakan sasaran evaluasi bahasa. Bila karya sastra lebih erat terkait dengan penggunaan bahasa untuk menciptakan dan mengungkapkan rasa keindahan yang dapat dijadikan sasaran apresiasi, kemampuan bahasa dan unsur-unsurnya lebih terkait secara erat dan langsung dengan cirri utamanya sebagai alat komunikasi antar manusia.

D.    Evaluasi, pengukuran dan tes kemampuan bahasa
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data untuk menentukan apakah seorang siswa dipandang telah mencapai target pengetahuan atau keterampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, evaluasi adalah suatu proses penentuan keputusan tentang kualitas suatu objek atau aktivitas dengan melibatkan pertimbangan nilai berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis, dan ditafsirkan secara sistematis.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk memperoleh deskripsi dalam bentuk angka-angka mengenai tingkat dari sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Jadi, pengukuran merupakan bagian dari evaluasi berupa prosedur pengumpulan data dan informasi numerik yang diperlukan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan dalam evaluasi.
Sebagai bagian dari kajian kebahasaan, tes bahasa dapat juga disebut tes kebahasaan karena sasaran pokoknya adalah kemampuan berbahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa, tes bahasa dapat juga meliputi tes barbahasa, dan tes ketrampilan berbahasa. Kemampuan berbahasa secara konvensional meliputi empat jenis kemampuan yaitu :
1.      Kemampuan menyimak untuk memahami bahasa yang digunakan bahasa secara lisan.
2.      Kemampuan membaca, untuk memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis.
3.      Kemampuan berbicara, untuk mengungkapkan diri secara lisan
4.      Kemampuan menulis, untuk mengungkapkan diri secara tertulis.
Dengan demikian, ttes bahasa yang sasaran umumnya adalah kemampuan berbahasa, rincian sasarannya meliputi kemampuan menyimak, kemampuan membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis.
Sejalan dengan rincian itu, tes bahasa pun dapat dirinci kedalam tes menyimak membaca berbicara dan tes menulis. 





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Hakekat kedudukan, evaluasi dalam pembelajaran bahasa
v  Evaluasi berkedudukan sebagai bagian dari penyelenggaraan pembelajaran
v  Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk melakukan penilaian terhadap seluruh penyelenggaraan pembelajaran agar dapat dilakukan langkah-langkah penyesuaian dan perbaikan
Tujuan dan kegunaan evaluasi dalam pembelajaran
v  Untuk pencapaian tingkat keberhasilan belajar oleh pembelajar
v   Untuk memperoleh umpan balik bagi keseluruhan rangkaian penyelenggaraan pembelajaran, yaitu bagi kedua komponen pembelajaran yang lain, baik secara langsung terhadap komponen tujuan pembelajaran.
Sasaran Evaluasi Kemampuan Bahasa
v  Kemampuan Menyimak : untuk memahami sesuatu yang diungkapkan orang lain secara lisan
v  Kemampuan Membaca : untuk memahami maksud dan pikiran orang yang diungkapkan secara tertulis dalam bentuk catatan singkat
v  Kemampuan Menulis : untuk mengungkapkan diri melalui kata-kata dan kalimat yang disampaikan secara tertulis
v  Kemampuan Berbicara : untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang melalui bunyi bahasa dan kata-kata
Evaluasi, Pengukuran dan Tes Kemampuan Bahasa
v  Evaluasi adalah suatu proses penentuan keputusan tentang kualitas suatu objek atau aktivitas dengan melibatkan pertimbangan nilai berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis, dan ditafsirkan secara sistematis
v  Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk memperoleh deskripsi dalam bentuk angka-angka mengenai tingkat dari sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang
v  Kemampuan berbahasa secara konvensional meliputi empat jenis kemampuan yaitu : menyimak,membaca, berbicara, dan menulis.



No comments:

Post a Comment

Followers