Saturday, June 11, 2011

pendidikan islam masa pembaharuan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat pada zaman Nabi Muhammad SAW. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide-ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan pada masa sekarang. Orang Mekah Arab yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha kegiatan Nabi mengIslamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan itu Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi SAW adalah seorang pendidik yang berhasil. Perubahan dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilan.
B.     Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian pembaharuan ?
b. Bagaimana pola pemikiran pembaharuan pendidikan islam ?
c. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan islam ?
C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian pembaharuan
b.      Untuk mengetahui tentang pemikiran pembaharuan pendidikan islam
c.       Untuk mengetahui tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan islam



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Istilah Pembaharuan
Istilah pembaharuan ini, oleh Harun Nasution cenderung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernism”, karena istilah terahir dalam masyarakat barat mengandung arti pikiran., aliran, gerakan dan usaha mengubah paham-paham istiadat, institusi lama dan lain sebagianya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi modern. Gagasan ini muncul di barat dengan tujuan. Menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan modern.[1]
Dalam kamus Oxford pembaharuan dikenal dengan istilah resurgence diartikan sebagai kegiatan yang muncul kembali. Pengertian ini mengandung tiga hal:
  1. “Suatu pandangan dari dalam”dimana suatu cara  kaum muslimin melihat bertambahnya dampak agama diantara para penganutnya. Sehingga keberadaan Islam disini menjadi penting kembali. Dalam artian memperoleh kembali prestasi  dan kehormatan dirinya”
  2. “Kebangkitan kembali” menunjukan bahwa keadaan tersebut telah terjadi sebelumnya. Jejak Nabi dan para pengikutnya dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap pemikiran orang-orang yang menaruh pada jalan hidup umat islam.
  3. “Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep” mengandung paham tentang suatu tantangan, bahkan suatu ancaman terhadap pengikut pandangan-pandangan lain Penjajahan Bangsa Barat Atas Dunia Islam
B.     Pola Pemikiran Pembaharuan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah [2]: (1) pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di barat, (2) golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni, (3) usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.
1)      Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat.
Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.
Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.

2)      Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
Disamping itu, dengan berhentinya perkembangan ilmu yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman. Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.
Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. (9) Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.

3)      Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.
Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bbersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.

C.    Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam

Ada beberapa tokoh pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang akan Kami kemukakan, antara lain yaitu :
1.      Jamaluddin Al-Afghani
a.       Riwayat Hidup
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang aktifitasnya berpindah-pindah dari satu negara Islam kenagara Islam yang lain. Pengaruh terbesarnya ditinggalkannya di Mesir.Ia dilahirkan di Mesir tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ketika berusia 20 tahun ia telah menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Dalam hal itu, Inggris telah mulai mencampuri urusan politik Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah, dan Al-Afghan memilih meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India tahun 1869. Di Inggris ia juga tidak merasa bebeas bergerak, karena negara itu telah jaruh kepihak Inggris, dan ia pindah ke Mesir tahun 1871. Ia menetap di Cairo mulanya menjauhi persoalan politik Mesir dan pemusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Di tempat ia tinggal kemudian menjadi tempat pertemuan murid-muridnya. Disanalah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Muridnya berasal dari berbagai golongan, seperti orang pemerintahan, pengadilan, dosen dan mahasiswa Al-Azhar serta perguruan tinggi lain.
Dari Mesir ia pergi ke Paris dan disanalah ia mendirikan perkumpulan Al-Urwatul Al-Wusqa yang anggotanya terdiri dari orang Islam Mesir, India, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Diantara tujuan yang hendak dicapai adalah memperkuat rasa persaudaraan, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Majalah Urwah Al-Wusqa, yang diterbitkan perkumpulan ini cukup terkenal termasuk di Indonesia. Kemudian, pada tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid, namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari Istanbul karena dijadikan tahanan hingga ia wafat pada tahun 1897.
b.      Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan Al-Afghani adalah didasari pada pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman, kondisi, dan bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah karena tidak diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan meninggalkan ajaran Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran Islam hanyalah dengan membuang segala bentuk pengertian yang bukan berasal dari Islam, dan kembali pada jaran Islam murni.

2.      Rasyid Ridha
a.       Riwayat Hidup
Rasyid Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh (yang merupakan murid dari Jamaluddin Al-Afghani). Ia lahir pada 1865 Suria. Semasa kecil ia dimasukkan ke sekolah madrasah tradisional, kemudian ia meneruskan sekolah ke Sekolah Nasional Islam. Setelah selesai ia meneruskan ke sekolah agama yang ada di Tripoli, dan banyak belajar dari Al-urawatul Wusqa Jamaluddin dan Muhammad Abduh. Ia banyak belajar dengan Muhammad Abduh ketika Muhammad Abduh sedang dalam buangan di Beirut. Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di Suria dan mendapat tantangan dari Pihak Turki Utsmani, lalu ia memutuskan pindah ke Mesir dan berada di dekat gurunya Muhammad Abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan setelah itu, ia menerbitkan majalah Al-Manar, yang juga terkenal.
b.      Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaharuan dibidang pendidikan, dan melihat perlu ditambahkannya kedalam kurikulum mata pelajaran berikut : teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan,bahasa asing, disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.

3.      Aliran Pembaharuan Barat, Islam dan Nasionalis di Turki
Munculnya aliran-aliran pembaharuan di Turki secara tak langsung membawa dampak pada pembaharuan pendidikan di sana. Timbulnya 3 golongan yang mempertahankan pendapat masing-masing yaitu golongan yang mengambil Barat sebagai contoh, golongan yang mempertahankan Islam dan golongan nasionalisme. Pada mulanya kriteria agamalah yang dipakai untuk memperbedakan rakyat yang beraneka ragam dengan kebangsaannya itu. Kemudian timbul pengelompokan dan akhirnya golongan nasionalisme menang dan menguasai Turki. Akibat yang ditimbulkan dalam bidang pendidikan adalah pembaharuan sistem pendidikan yang tetap mempertahankan tradisionalisme (lebih dekat pada agama), dan golongan modernisme. Yang akhrinya menimbulkan dualisme pendidikan, yaitu dalam lembaga pendidikan akan ada sistem pendidikan sekularis yang mengajarkan ilmu-ilmu umum dan sistem pendidikan tradisionalis-agamis (yang mengajarkan agama).

4.      Muhammad Iqbal.  
a.       Riwayat Hidup
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan kahir di Sialkot tahun 1867. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjaan MA. Di tahu 1905 ia pergi ke negara Inggris dan belajar filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang tasawwuf.
b.       Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Sama dengan pembaharu lainnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Untuk memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka diperlukan sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menanungi seluruh umat Islam dalam sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah

5.      Muhammad Abduh[3]
a.       Riwayat Hidup
Muhammad  Abdu lahir pada tahun 1848 M/1265 H disebuah desa dipropinsi Gharbiyyah Mesir hilir.Ayahnya bernama Muhammad Abduh Ibn Hasan Khoirullah.Abdu lahir dilingkungan keluarga petani yang hidup sederhana,taat dan cinta ilmu pengetahuan.Orang tuanya berasal dari kota Mahallaj Nasr.Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah pindah dan kembali ke Mahallaj Nasr, setelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatnya dari orang tuannya kemudian sebagai pelajaran lanjutan dia belajar Al Qur’an pada seorang khafidz. Dalam masa waktu 2 tahun ia sudah menjadi seorang yang hafal Al Qurr’an. Pendidikan selanjuttnya ditempuhnya di Thanta,sebuah lembaga pendidikan masjid Ahmadi.

b.      Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam
Gerakan pembaharuan islam yang di lakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Muhammad Abduh mempunyai empat agenda pembaharuan dalam pendidikan islam, antara lain:
1)      Purifikasi
Purifikasi atau permurnian ajaran islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh yang berkaitan dengan munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim. Kaum muslim tak perlu mempercayai adanya karomah yamg di miliki para wali atau kemampuan mereka sebagai perantara(washilah) kepada allah. Dalam pandangan Muhammad Abduh, seorang muslim diwajibkan menghindarkan diri dari perbuatan syirik(QS. 6:79).
2)      Reformasi
Reformasi pendidikan islam di fokuskan Muhammad Abduh pada universitas almamaternya, al-azhar. Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela islam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains-sains modern, serta sejarah dan agama eropa, agar diketahui sebab-sebab kemajuan yang mereka capai.
3)      Pembelaan Islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret diri islam. Hasrat untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yaqin dengan kemandirian islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh perhatian terhadap paham-paham filsafat anti agama yang marak di eropa. Dia lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama islam dari sudut keilmuan.
4)      Reformulasi
Agenda reformulasi tersebut dilaksanakan Muhammad Abduh dengan cara membuka kembali pintu ijtihad. Muhammad Abduh dengan reformulasinya menegaskan bahwa islam telah membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan tidak terkekang.

Disamping pendidikan akal Ia juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang mampu berfikir dan punya akhlaq mulia dan jiwa yang bersih. Tujuan pendidikan yang demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak tingkat dasar sampai tingkat atas. Kurikulum tersebut adalah:
a.       Kurikulum Al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini, ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern kedalam kurikulum Al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar output-nya dapat menjadi ulama’ modern.
b.      Tingkat Sekolah Dasar
Muhammad Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa kanak-kanak. Oleh karena itu, maka pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (islam) merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.
c.       Tingkat Atas
Upaya yang dilakukan Abduh adalah dengan mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan sebagainya. Melalui lembaga pendidikan ini, Abduh merasa perlu untuk memasukkan beberapa materi, khususnya pendidikan agama. Sejarah Islam dan kebudayaan islam. Di madrasah-madrasah yang berada dibawah naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan ilmu manteq, falsafah dan tauhid, sedangkan selama ini Al-Azhar memandang ilmu mantiq dan falsafah itu sebagai barang haram. Di rumahnya Abduh mengajarkan pula kitab Thazib al-akhlak susunan ibn Maskawayh.

Ketiga paket kurikulum diatas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang diberikan dalam setiap tingkat. Dalam hal ini Muhammad Abduh tidak memasukkan ilmu-ilmu barat ke dalam kurikulum yang direncanakan. Dengan demikian, dalam bidang pendidikan formal Muhammad Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok, yaitu Fiqih, Sejarah Islam, Akhlak dan Bahasa.

Dalam bidang pendidikan nonformal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan. Dalam hal ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama pemerintah dalam hal mempersiapkan para pendakwah. Tugas utama mereka adalah:
1)      Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar.
2)      Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau yang belum mereka ketahui.
Meniupkan kedalam jiwa mereka cinta kepada Negara, tanah air dan pemimpin


[1] spupe07.wordpress.com/.../islam-pada-masa-pembaharuan-modern/
[2] www.hardja-sapoetra.co.cc/.../judul-pendidikan-islam-pada-masa.html -

[3]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam hal 240-251.

No comments:

Post a Comment

Followers