Thursday, April 21, 2011

Aliran-Aliran Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Filsafat sebagai hasil pemikiran dalam ahli filsafat atau para filosof sepanjang kurun waktu dengan obyek permasalahan hidup di dunia, telah melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan-pandangan para filosof itu, aada kalanya satu dengan yang lain hanya bersifat saling kuat menguatkan, tetapi tidak jarang pula yang berbeda atau berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan terutama oleh pendekatan yang dipakai oleh mereka berbeda, walaupun untuk obyek permasalahan-permasalahan yang sama. Karena perbedaan dalam sistem pendekatan itu, maka kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan menjadi berbeda pula, bahkan tidak sedikit yang saling berlawan. Selain itu faktor zaman dan pandangan hidup yang melatar belakangi mereka, serta tempat dimana mereka bermukim juga ikut mewarnai pemikiran mereka.



B. Rumusan Masalah

a. Jelaskan tentang aliran perennialisme?

b. Jelaskan tentang aliran idealisme

c. Jelaskan tentang aliran progresivime



C. Tujuan

a. Untuk memahami aliran perennialisme

b. Untuk memahami aliran idealisme

c. Untuk memahami aliran progresivisme




BAB II
PEMBAHASAN



Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan/ide yang salah satunya ialah lahirnya pandangan tentang filsafat pendidikan. Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran.

Karena kesimpulan filsafat tidak pernah berhenti, maka setiap keputusan atau kesimpulan yang diperoleh tidak pernah merupakan kesimpulan final. Sebab itu, dunia percaturan filsafat (termasuk filsafat pendidikan) seringkali hanya berkisar pada permasalahan-permasalahan yang sama, baik sebagai suatu bentuk persetujuan ataupun penolakan terhadap kesimpulan yang ada



A. Aliran Filsafat Perennilisme

Perenialisme diambil dari kata Perennia, yang dalam Oxford Advanced Learner,s Distionaryof Current English diartikan sebagai “ countinuing throughout the whole year ” atau “ Lasting for a very long time ” abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu’ alasan perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

Perennilaisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman modern telah menimbulkan banyak krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Untuk mengatasi krisis ini perennialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau”[1] regressive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang telah terpuji ketangguhannya.

· Prinsip – prinsip pendidikan perennialisme

Di bidang pendidikan perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokohnya : Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal, sehingga ketertiban sosia hanya akan mungkin bila ide itu akan menjadi ukuran, asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.

Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi yaitu: nafsu, kemauan, dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, supaya kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi.

Prinsip-prinsip pendidikan perennialisme tersebut perkembangannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.

· Ciri-ciri perennialisme:

1. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.

2. Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.

3. Nilai bersifat tak berobah dan universal.

4. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan (renaissance).

B. Aliran Filsafat Idealisme

Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipaham, dalam kebergantungan pada jiwa (mind) dan spirit ( roh). Istilah ini di ambil dari “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Keyakinan ini ada pada Plato. Idealis mempunyai argumen efistimologis tersendiri. Mereka mengunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek pada akhirnya adalah ciptaan tuhan; argument orang idealis mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit

Idealisme termasuk dalam kelompok filsafat tertua. Tokoh aliran ini ada;ah Plato (427-347 SM) yang secara umum dipandang sebagai Bapak Idealisme di Barat yang hidup kira-kira 2500 tahun yang lalu. Aliran ini menurut –Poedjawijatna- memandang dan menganggap yang nyata hanya idea. Idea tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan dan pergeseran. Aliran filsafat Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual sebagai sumber-sumber utama di alam ini.

Sejarah idealisme berawal dari pemikiran Plato (427-347 SM). Pemikirannya berpengaruh terhadap para pemikir ± 2000 tahun sesudahnya, termasuk pemikir dikalangan agama Masehi. Aliran ini juga telah ikut berpengaruh kepada pemikiran filusof Barat, seperti Immanuel Kant, Hegel dan lain-lain. Menurut Plato, kebenaran empiris yang dilihat dan rasakan terdapt dalam alam ideal (esensi), form atau ide.

Dikalangan ahli pikir Jerman aliran idealisme mempunyai corak khusus[2], yaitu:

1. Idealisme subyektif yang menyatakan bahwa individu manusia itulah yang menjadi produsen (penghasil) dari pada kenyataan. Roh manusialah yang menetukan proses kenyataan itu.

2. Idealisme obyektif yang beranggapan bahwa roh manusia hanyalah merupakan bagian dari “roh umum” yang menggerakkan alam kenyataan ini sehingga jiwa individual itu tidak berfungsi lagi dalam proses timbulnya kenyataan itu, karena roh umum itu bersifat transedent (menembus, mengatasi segalanya).

3. Idealisme rasionalistis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia.

4. Idealisme yang ethis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal yang praktis, akal teoritis dan yang ethis. Paham ini akhirnya dikembangkan lebih lanjut menjadi ajaran tentang nilai bagi tingkah laku manusia.

5. Idealisme religius yang dalam pandangannya tentang kenyataan ini di dasarkan atas ajaran agama seperti islam, yahudi, dan kristen. Jadi kenyataan hidup manusia dan alam nyata ini merupakan perpaduan antara pola-pola hubungan dari kekuatan rohaniah dan jasmaniah yang berkeseimbangan dan serasi yang berarah tujuan.



C. Aliran Filsafat Progresifisme

Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam filsafat pendidikan progrevisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistimatis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemelihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Progresivisme disebut juga instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelejensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dia disebut eksperimentalisme karena aliran tersebut mneyadari dan mempraktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Ia juga dinamakan enviromentalisme karena aliran ini memnggap bahwa lingkungan hidup mempengaruhi pembinaan kepribadian.

· Ciri-ciri filsafat progresivisme adalah :

1. Progresivisme berakar pada pragmatisme.

2. Sasaran pendidikan ialah meningkatkan kecerdasan praktis (kompetensi) dalam rangka efektivitas pemecahan masalah yang disajikan melalui pengalaman.

3. Nilai bersifat relative, terutama nilai duniawi, menjelajah aktif, evolusioner dan konsekuensi perilaku.

· Keyakinan-keyakinan progresivisme tentang pendidikan:

Istilah progresivisme dalam bagian ini akan dipakai dalam hubungannya dalam pendidikan dan menunjukkan sekelompok keyakinan-keyakinan yang tersusun secara harmonis dan sistematis dalam hal mendidik.

Dalam bukunya, John Dewey memperlihatkan keyakinan-keyakinan dan wawasan-wawasannya tentang pendidikan, serta mempraktekkannya disekolah-sekolah yang ia dirikan. Menurut Dewey tujuan umum pendidikan adalah warga masyarakat yang demokratis. Isi pendidikannya lebih mengutamakan bidang-bidang studi seperti IPA, sejarah, keterampilan serta hal-hal yang berguna atau langsung dirasakan oleh masyarakat. Metode scientific lebih dipentingkan, dan bukan metode memorisasi. Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan harus diusahakan terintegrasi dalam unit. Karena perubahan yang selalu terjadi maka diperlukan fleksibilitas, dalam arti tidak baku, tidak menghindar dari perubahan, tidak terikat oleh dokrin tertentu, bersifat ingi tahu, toleran, dan berpandangan luas serta terbuka.







BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Perenialisme diambil dari kata Perennia, yang dalam Oxford Advanced Learner,s Distionaryof Current English diartikan sebagai “ countinuing throughout the whole year ” atau “ Lasting for a very long time ” abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu’ alasan perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipaham, dalam kebergantungan pada jiwa (mind) dan spirit ( roh). Istilah ini di ambil dari “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Progrevisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistimatis melalui cara-cara ilmiah.



DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini. 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Arifin. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Moefdhil.wordpress.com/aliran-aliran-dalam-filsafat-pendidikan

Mcdens13.wordpress.com/aliran-aliran-pendidikan.

No comments:

Post a Comment

Followers